Beranda » bebas

Category Archives: bebas

Pembahasan Soal UN Matematika 2009/2010

Download Pembahasan Soal UN 2009/2010….semoga bermanfaat

Soal Matematika SD

http://p4tkmatematika.org/file/un/PEMBAHASAN%20SDP1-p4tkmatematika-org.pdf

http://p4tkmatematika.org/file/un/PEMBAHASAN%20SDP2-p4tkmatematika-org.pdf

Soal Matematika SMP

http://p4tkmatematika.org/file/un/PEMBAHASAN%20SMP%20KodeA-p4tkmatematika-org.pdf

http://p4tkmatematika.org/file/un/PEMBAHASAN%20SMP%20KodeB-p4tkmatematika-org.pdf

Soal Matematika SMA IPA dan IPS

http://p4tkmatematika.org/file/un/pembahasan%20SMA%20IPA–p4tkmatematika-org.pdf

http://p4tkmatematika.org/file/un/pembahasan%20SMA%20IPS-p4tkmatematika-org.pdf

 

 

Realistic Mathematic Education (RME) atau Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Pembelajaran matematika realistik adalah padanan Realistic Mathematics Education (RME), sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang dikembangkan Freudenthal di Belanda. Gravemeijer (1994: 82) mengungkapkan
Realistic mathematics education is rooted in Freudenthal’s interpretation of mathematics as an activity.
Ungkapan Gravemeijer di atas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika realistik dikembangkan berdasar pandangan Freudenthal yang menyatakan matematika sebagai suatu aktivitas. Lebih lanjut Gravemeijer (1994: 82) menjelaskan bahwa yang dapat digolongkan sebagai aktivitas tersebut meliputi aktivitas pemecahan masalah, mencari masalah dan mengorganisasi pokok persoalan. Menurut Freudenthal aktivitas-aktivitas itu disebut matematisasi.
Terkait dengan konsep pembelajaran matematika realistik di atas Gravemeijer (1994: 91) menyatakan
Mathematics is viewed as an activity, a way of working. Learning mathematics means doing mathematics, of which solving everyday life problem is an essential part.
Gravemeijer menjelaskan bahwa dengan memandang matematika sebagai suatu aktivitas maka belajar matematika berarti bekerja dengan matematika dan pemecahan masalah hidup sehari-hari merupakan bagian penting dalam pembelajaran.
Konsep lain dari pembelajaran matematika realistik dikemukakan Treffers (dalam Fauzan, 2002: 33 – 34) dalam pernyataan berikut ini
The key idea of RME is that children should be given the opportunity to reinvent mathematics under the guidance of an adult (teacher). In addition, the formal mathematical knowledge can be developed from children’s informal knowledge.
Dalam ungkapan di atas Treffers menjelaskan ide kunci dari pembelajaran matematika realistik yang menekankan perlunya kesempatan bagi siswa untuk menemukan kembali matematika dengan bantuan orang dewasa (guru). Selain itu disebutkan pula bahwa pengetahuan matematika formal dapat dikembangkan (ditemukan kembali) berdasar pengetahuan informal yang dimiliki siswa.
Pernyataan-pernyataan yang dikemukakan di atas menjelaskan suatu cara pandang terhadap pembelajaran matamatika yang ditempatkan sebagai suatu proses bagi siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan matematika berdasar pengetahuan informal yang dimilikinya. Dalam pandangan ini matematika disajikan bukan sebagai barang “jadi” yang dapat dipindahkan oleh guru ke dalam pikiran siswa.
Terkait dengan aktivitas matematisasi dalam belajar matematika, Freudenthal (dalam Panhuizen, 1996: 11) menyebutkan dua jenis matematisasi yaitu matematisasi horisontal dan vertikal dengan penjelasan seperti berikut ini
Horizontal mathematization involves going from the world of life into the world of symbol, while vertical mathematization means moving within the world of symbol.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa matematisasi horisontal menyangkut proses transformasi masalah nyata/ sehari-hari ke dalam bentuk simbol. Sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses yang terjadi dalam lingkup simbol matematika itu sendiri. Contoh matematisasi horisontal adalah pengidentifikasian, perumusan dan pemvisualisasian masalah dengan cara-cara yang berbeda oleh siswa. Sedangkan contoh matematisasi vertikal adalah presentasi hubungan-hubungan dalam rumus, menghaluskan dan menyesuaikan model matematika, penggunaan model-model yang berbeda, perumusan model matematika dan penggeneralisasian.
Mengacu kepada dua jenis kegiatan matematisasi di atas de Lange (1987: 101) mengidentifikasi empat pendekatan yang dipakai dalam mengajarkan matematika, yaitu pendekatan mekanistik, empiristik, strukturalistik dan realistik. Pengkategorian keempat pendekatan tersebut didasarkan pada penekanan atau keberadaan dua aspek matematisasi (horisontal atau vertikal) dalam masing-masing pendekatan tersebut, seperti yang tergambar dalam Tabel 2.1. di bawah.
(lebih…)

Persiapan Menghadapi UN 2010

File berikut mudah-mudahan berguna bagi Bapak/Ibu guru matematika untuk mempersiapkan siswa-siswanya dalam menghadapi UN 2010. Tapi sayang file yang yang ditaruh di sini baru untuk siswa SMP/MTs.
Silakan download di sini
1. Indikator Jitu dari SKL dan Kemampuan yang diuji.
2. MAT-PAKET 1- SOAL & PEMBAHASAN
3. MAT-PAKET 2-SOAL & PEMBAHASAN
4. MAT-PAKET 3-SOAL & PEMBAHASAN

Semoga bermanfaat…amien.

JAWABAN PERSOALAN KANDAINA KIREINA

Sebuah deret hitung memiliki nilai-nilai a = 4,484 dan b = 1,234 sementara itu pada saat yang sama sebuah deret ukur mempunyai nilai-nilai S5=486 dan S10=118098.
a. pada suhu ke berapa suku dari kedua jenis deret ini sama
b. mana yang lebih besar antara S5 DH dan S5 DU dalam kasus ini
Penyelesaian :

Terlebih dahulu saya mohon maaf, karena baru dijawab sekarang. Maklum g sibuk dan jaringan internet punya saya sering demo alias ngadat…..makanya jadi lupa dah nengok atau nulis di Blog.

Persoalan tersebut lebih mudahnya dijawab dari pertanyaan (b) saja.
Karena a = 4,484 dan b = 1,234, maka pada Deret Hitung (Deret Aritmatika), jumlah 5 suku pertamanya (S5) dapat ditentukan :
Sn = n/2 [2.a + (n-1).b]
S5=5/2[2.4,484 + 4. 1,234]
S5 = 5/2 [8,969 + 4,936]
= 5/2. 13,904
= 34,76
Karena S5 pada Deret Ukur (Deret Geometri) adalah 486, sedangkan S5 pada deret hitung adalah 34,76, maka S5 pada Deret Ukur lebih besar dari S5 pada Deret Hitung

Untuk menjawab pertanyaan (a), kita harus mengetahui terlebih dahulu a (suku awal) dan r (rasio) dari Deret Ukur tersebut. Karena S5 = 486 dan S10 =118098 pada deret ukur diketahui maka:
S5 = a.r5-1= ar4 = 486 (pers 1)
S5 = a.r 10-1 = ar9 = 118098 (pers.2)
Dari pers 2 didapatkan ar9 = 118098
ar4.r5 = 118098, karena ar4 = 486, maka:
486. r5 = 118098
r5 = 243
r = 3 (pers. 3)
Subsitusi pers 3 ke pers 1, didapatkan:
a.34= 486
a.81 = 486
a = 6
Pada suku berapa keduanya sama, berarti :
Un pada DH = Un pada DU
a + (n-1)b = a.r n-1
4,484 + (n-1)1,234 = 6.3 n-1
4,484 + 1,234n -1,234 = (6. 3 n)/3
4,484 + 1,234n -1,234 = 2.3 n
3,25 = 2.3n – 1,234n
2.3n – 1,234n – 3,25 = 0 (dibagi 2)
3n – 0,617n – 1,625 = 0
Alogaritma aljabarnya kiranya cukup sampai di sini saja, Mengapa?Karena bakalan tidak ada n anggota bilangan asli yang memenuhi persamaan di atas. Ya kan?
Sehingga untuk persoalan di atas tidak ada suku ke-n yang menyebabkan kedua barisan sama.

Miskonsep dalam Penyelesaian Soal Integral

Persoalan ini saya ketahui, saat dikonfirmasi mengenai kebenaran suatu jawaban dari persoalan integral yang diberikan oleh siswa. Adapun persoalan dan jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut.
Tentukan integral dari (x2+ 1) 9 dx
Adapun jawaban dari siswa tersebut adalah sebagai berikut:
misal u = x2+1
dU = 2x dx
dx = 1/(2x) dU
sehingga persoalan intergral di atas menjadi
=1/(2x) integral dari U9 dU
= 1/(2x). 1/10. U10 + c
= 1/(20x) (x2+1) 10 + c

Benarkah jawaban tersebut?Sekilas tampaknya tidak ada kesalahan konsep dalam penyelesaian persoalan tersebut. Untuk mengetahui kesalahan jawaban tersebut, kalian dapat membandingkan dulu jawaban seharusnya dari persoalan di atas.

Untuk lebih memudahkan, kita coba menyelesaikan persoalan lain yang lebih sederhana.

Tentukan integral dari (x 2 + 1)2 dx
Bila kita selesaikan soal ini seperti soal di atas akan kita peroleh sebagai berikut.
Penyelesaian.
misal u = x2+1
dU = 2x dx
dx = 1/(2x) dU
sehingga persoalan intergral di atas menjadi
=1/(2x) integral dari U2 dU
= 1/(2x). 1/3. U3 + c
= 1/(6x) (x2+1) 3 + c

Coba kita bandingkan dengan penyelesaian berikut.
(x 2 + 1)2
= x 4 + 2x2+ 1
Jadi integral dari (x 2 + 1)2 dx
= integral dari (x 4 + 2x2+ 1) dx
= 1/5 x5 + 2/33 +x + c

Manakah jawaban yang benar dari dua jawaban yang berbeda tersebut? Tentu saja jawaban yang terakhir bukan?Berarti jawaban yang pertama salah. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa jawaban yang diajukan dari siswa kepada saya salah. Jadi ada kesalahan konsep dari penyelesaian soal tersebut.

Sekarang perhatikan jawaban yang benar dari integral dari (x2+ 1) 9 dx
Dengan bantuan barisan segitiga Pascal untuk pangkat 9 (1, 9, 36, 84, 126, 126, 84, 36, 9, 1), maka kita dapatkan
(x2+ 1) 9
= 1.( x2)9.10 +9.( x2) 8.11+36.( x2) 7.12+84.( x2) 6.13+126.( x2) 5.14+126.( x2)4.15 +84.( x2)3.16+36.( x2) 2.17+9.( x2) 1.18+1.( x2)0.19
= x18+ 9x16+ 36x14+ 84x12+ 126x10+ 126x8+ 84x6+ 36x4+ 9x2+ 1
Sehingga integral dari (x2+ 1) 9 dx = integral dari (x18+ 9x16+ 36x14+ 84x12+ 126x10+ 126x8+ 84x6+ 36x4+ 9x2+ 1) dx
= 1/19 x19+ 9/17x17+ 36/15x15+ 84/13x13+ 126/11x11+ 126/9x9+ 84/7x7+ 36/5x5+ 3x3+ x + c

Demikian penjelasan mengenai penyelesaian soal integral tersebut. Agar lebih menguasai tentang konsep integral tersebut, maka letak miskonsep penyelesaian soal lebih baik anda temukan sendiri. Selamat mencoba!.